Minggu, 30 November 2008

NASKAH MONOLOG "MANGGALI"
Sering kali kita mentertawakan apa yang diucapkan sesama kita. Padahal semua itu sebenarnya sedang kita jalani. Bahkan hingga mencaci makinya. Hanya karena bukan kita yang menyampaikannya.

SINOPSIS
Ratna Manggali, bunga desa Girah, anak tunggal Calon Arang. Terpaksa hidup merana, seoarang diri. Tak ada seorang laki-laki menaruh hati pada Ratna Manggali. Padahal, Ratna Manggali, adalah seorang gadis rupawan, elok tingkah lakunya dan tanpa kurang apapun. Satu hal yang membuat para pemuda Daha enggan mendekati Ratna Manggali hanyalah karena Ratna Manggali adalah anak gadis dari Calon Arang. Seorang janda sakti yang memiliki ilmu hitam.
Sempat suatu ketika, Calon Arang murka akibat keadaan yang dialami Ratna Manggali. Daha pun gempar dibuatnya. Calon Arang melampiaskan dendam dengan menculik para gadis desa Girah untuk dijadikan sesembahan pada Dewi Durga, guru bagi Calon Arang. Namun Penguasa Daha, Raja Airlangga mampu mengalahkan kesaktian ilmu hitam dari Calon Arang. Dengan cara memerintahkan Empu Baradah untuk menyelesaikan malapetaka. Empu Baradah mengutus salah seorang muridnya yang bernama Empu Bahula untuk meminang Ratna Manggali. Keadaan Daha pun kembali tentram.
Kemudian, muncul kelicikan Empu Bahula dengan mencuri kitab sakti milik Calon Arang intuk diserahkan kepada Empu Baradah. Murkalah Calon Arang, peperanganpun tak terelakkan. Namun, Calon Arang tak mampu berbuat banyak tanpa bantuan kitab saktinya. Calon Arang pun gugur.
Terbalaslah dendam kedua belah pihak. Daha menjadi tentram dan nyaman. Namun Ratna Manggali masih menyimpan kegundahan yang akhirnya menjadi sebuah malapetaka yang sanggup menteror, tak hanya bagi desa Girah dan wilayah Daha, Namun teror bagi semua umat. Hingga semua pelampiasan demi pelampiasan akan menggeleparkan kita semua.
Kini Ratna Manggali mulai menunjukkan keberaniannya. Menggugat semua yang telah menjadikannya seperti ini.
“Kenapa aku dilahirkan dari seorang ibu yang memiliki ilmu hitam?”
“Kenapa hanya karena ibuku memiliki ilmu hitam, para lelaki takut untuk mendekatiku?”
“Kenapa hanya karena tak seorang pemuda mau menikah denganku, ibuku murka dan melampiaskan dendamnya?”
“Kenapa baru saat ibuku murka dan membuat malapetaka, baru ada seorang lelaki yang diutus untuk menikahiku?”
“Kenapa setelah lelaki itu menikahiku, dia malah mengkhianati ibuku?”
“Kenapa ibuku harus mati?”
“Kenapa?”
“Keangkuhan perempuankah?”
“Atau kelicikin laki-laki?”

BABAK 1

FADE IN

RATNA MANGGALI MUNCUL DARI SUDUT PANGGUNG SEBELAH KANAN. BERJALAN PERLAHAN MENUJU DEPAN BIBIR PANGGUNG SEBELAH KIRI.


BERTERIAK

Kemana kau……!
Hai orang-orang….!
Dimana kau semua……?
Haruskah semua mimpimu menjadi kenyataan….?
Haruskah kau menjual apa saja yang kau miliki untuk mendapatkan kembali apa yang ingin kau miliki…..?

RATNA MANGGALI BERJALAN KE TENGAH PANGGUNG

FADE IN

Malam, aku hanya bisa menunggu
Keajaiban tak mungkin datang
Kesaktianmu, adalah penentu akan semua nasib
Pun ini terjadi pada diriku
Pada nasibku
Malam makin gelap, dingin dan sepi
Aku masih menanti kepulanganmu
Pulanglah
Dengan atau tanpa kesaktianmu
Datanglah dengan keajaiban
Disini aku
Disini…!
Ini aku Ratna Mangali
Anak tunggalmu wahai Calon Arang

--------------------------------------------------------------------

Kenapa matahari hanya bersinar siang hari.
Jika pada malam kita masih merindukan cahaya.
Kenapa kalian takut untuk menatapnya, sedangkan kalian takut kehilangannya disaat mendung mencekam dan badai menderai.
Kenapa malam hanya diterangi cahaya bulan yang kadang redup oleh awan, bayangan gunung dan rumah-rumah.
Kenapa bulan begitu indah dipandang.
Begitu sejuk, lembut menemani setiap malam.
Melenakan setiap jiwa.
Hingga hanyut bersama kelamnya nasib.

---------------------------------------------------------------------

Ujung subuh ini, tak akan ada matahari terbit.
Esok adalah hari yang kelam.
Gulita oleh nasib.
Malang oleh dera kesakitan.
Terkapar lunglai meratap.
Lenyap hilang tertimbun mimpi malam ini.
Mimpi berteman bulan.
Mimpi berteman selimut bintang dan langit malam.

-----------------------------------------------------------------

Malam ini adalah akhir semua kisah.
Ujung semua mimpi.
Yang membawa kita kedalam hidup nyata di hari kelam.
Ujung dermaga ini, tak akan ada lagi kapal yang datang.
Tenggelam karam dilaut hitam dan kotor.
Tak ada lagi kejernihan.
Tak ada lagi kesejukan.
Semua menjadi hitam dan panas.
Semua akan menjadi dera yang sangat menyakitkan.

---------------------------------------------------------------------

Kini aku berdiri sendiri.
Disini.
Tiada siapapun.
Tanpa apapun.
Dipersimpangan.
Dibelakangku adalah masa lalu.
Sedangkan didepanku adalah akhir perjalanan.
Perjalanan panjang seoarang gadis.
Yang memimpikan seorang jejaka sepanjang hidupnya.
Yang membelaiku, menemaniku, menyetubuhiku dan memberikanku benih-benih keturunan.
Yang menggenggam tanganku hingga akhir hanyatku.

---------------------------------------------------------------------


Aku terpenjara.
Terperangkap nasibku sendiri.
Menjadi seorang anak dari seorang tukang sihir.
Anak dari sampah masyarakat.
Anak dari Calon Arang…….!
Ya, aku Ratna Manggali.
Anak semata wayang si Nenek Sihir.
Terpasung rantai dan jeruji kesadisan ibuku sendiri.

-----------------------------------------------------------------------

Kala itu, ibuku murka…
Kemurkaannya membuat malapetaka.
Memporak-porandakan kehidupan masa kecilku.
Hingga datang seoarang pemuda yang dengan terpaksa menikahiku.
Bahula…..! Suruhan Baradah yang diperintah Airlangga.
Menikahiku, dengan berpesta tujuh hari tujuh malam.

--------------------------------------------------------------------------

Ibuku Calon Arang, sangat bahagia.
Karena aku telah mendapatkan pendamping hidupku.
Akupun demikian.

--------------------------------------------------------------------------

Bahula, aku sangat mencintaimu.
Meskipun aku tahu dan sangat memahamimu, bahwasanya kau menikahiku bukan lantaran kau mencintaiku.
Bukan lantaran kau menyukaiku dan menyayangiku.
Namun hanya karena permintaan gurumu.
Hanya karena perintah rajamu.

FADE OUT



BABAK 2

FADE IN

RATNA MANGGALI MENGGELIAT. MENGGAMBARKAN PERISTIWA PERSENGGAMAAN YANG BEGITU MESRA DAN MENGGAIRAHKAN. SEBUAH KENIKMATAN YANG MENUJU PUNCAK. BENAR-BENAR SEBUAH KENIKMATAN SEPASANG INSAN.

Ayolah Bahula, keluarkan semua kepenatanmu selama ini.
Nikmatilah tubuh molekku.
Lumatlah bibirku hingga kau terpaksa untuk tidak meludah esok pagi.
Aku yang kini telanjang didepanmu, menantikan saat-saat seperti ini.
Pelukan seoarang lelaki yang bernapas mengendus seperti banteng mengejar musuhnya. Masuklah kedalam lembah ini dengan sepenuh hatimu, sepenuh kekuatan dan rengkuhlah aku sedalam yang kau bisa.
Habisilah aku jika kau memang sanggup.
Kuberikan semuanya untukmu.
Aku merindukan ini sudah sekian lama.
Cepatlah, aku sudah tak mau lagi menunggu lebih lama.
Lepas bajumu.
Liarlah bersamaku.

----------------------------------------------------------------------

Ayo, tuntaskan malam ini.
Selesaikan dengan derai keringat disekujur tubuh.
Ayo, remas aku.
Jangan kau perlambat permainan ini.
Aku tak mau kau tampak tak berdaya.
Aku tak sanggup melihatmu lunglai dihadapanku.
Berdirilah dan hujamkan diriku.
Masuk hingga kesekujur nadi.

----------------------------------------------------------------------

Tunjukkan padaku kalau kau adalah lelaki sejati.
Perlihatkan padaku kalau dirimu adalah manusia perkasa.
Jangan rusak malam ini hanya karena kau tak mampu lagi untuk pejamkan mata.
Bukalah matamu lebar-lebar, dan tataplah aku dengan sepenuh kegaranganmu.


RATNA MANGGALI KEMUDIAN LEMAS TAK BERDAYA

Hah…..
Aku puas malam ini sayangku.
Kau telah memenangkan pertandingan malam ini.
Kau telah menjadikanku malam ini penuh peluh.
Luluh bersamamu.
Bahula, aku mencintaimu,
Aku menyayangimu.
Sepenuh jiwa dan ragaku.
Dekaplah aku sekali lagi.
Janganlah kau menggelepar terkapar sendiri menghadap pintu itu.
Kau tak akan mampu membukanya untuk lari dan pergi jauh dariku.

---------------------------------------------------------------------------

Kau telah mengisi kesepianku selama ini,
Bahula….
Kau telah menjawab seluruh pertanyaan yang memasungku tanpa batas.
Dekap aku Bahula.
Malam sebentar lagi usai.

-------------------------------------------------------------------------

Hmm…..
Aku puas Bahula.
Jujur, aku puas.
Jangan kau sudahi ini dengan termenung seperti itu.
Apalagi yang kau pikirkan.
Meski kutahu apa yang kau pikirkan.
Janganlah kau pikirkan lagi.
Semua telah ditentukan seperti ini.
Semua telah menjadi kesepakatan antara keinginan dan nafsu.
Antara toleransi dan kepentingan.
Antara keyakinan kita dan kepedihan kita.
Kita hanyalah korban.
Kita hanyalah buah dari pohon-pohon yang mereka tanam,

PERLAHAN BANGKIT, DAN BERIDIRI SAMBIL MEMPERBAIKI PAKAIANNYA DAN MEMBAKAR ROKOK DAN MENGHISAPNYA. LALU BERJALAN SEOLAH-OLAH MENDEKATI BAHULA.

Hiduplah bersamaku dan mati pulalah bersamaku.
Karena kau dan aku sebenarnya bukanlah siapa-siapa.
Kita tak punya hak untuk sombong dan menyombongkan diri kepada siapa-siapa. Termasuk angkuh pada diri kita sendiri.
Lumatlah hidup yang hanya sekejap ini.
Agar mati kita kelak tak banyak orang yang mengantarkannya.
Agar mati kita kelak hanyalah tertiup angin dan lenyap dikejauhan malam.

FADE OUT


BABAK 3

FADE IN

DUDUK DIATAS KURSI. DUDUK SEENAKNYA. MENGANGKAT KAKI DAN SEBAGAINYA.

Kini aku kembali merasa kesepian.
Bahula telah pergi.
Hilang bersama malam.
Aku kini betul-betul merasakan, jika korban hanya berlaku bagi kaumku.
Kaumku selalu menjadi korban.
Langsung maupun perlahan.
Kenapa aku dan kaumku sebodoh ini.
Padahal aku juga manusia.
Padahal kami adalah manusia yang sama-sama dilahirkan dari rahim seoarang ibu.
Seperti halnya kalian.
Seperti halnya semua manusia,
Adakah perbedaan yang lebih mampu membedakan kami dengan kalian.
Selain vagina kami dengan penis kalian.
Selain payudara kami yang membesar dengan dada kalian yang bidang.
Selain kegagalan kami yang selalu menjadi korban kelicikan kalian.

---------------------------------------------------------------------

Apakah itu yang lalu kalian jadikan kami sebagai umpan.
Merayu kami sampai-sampai bersimpuh takluk dihadapan kami.
Dan kemudian kalian hujamkan pisau kalian tepat menusuk ulu hati kami.

-----------------------------------------------------------------------------

Berpura-pura kami tak butuh kalian.
Kami kadang hanyut dalam kesombongan kami.
Mencoba untuk menguras kejantanan kalian.
Hingga kalian ringsek tak berdaya dibawah ketiak kami,
Namun kami selalu gagal dalam tipu daya kalian.

-------------------------------------------------------------------------------

Kalian tawarkan semua kenikmatan.
Semua yang kami butuhkan kalian penuhi.
Meski kadang sebagian besar hanyalah janji di awal cerita.
Namun diakhir transaksi.
Kepala kalian mulai mengeluarkan tanduk.
Mulut kalian mulai bertaring dan berlidah panjang.

Tangan-tangan kami terbelenggu.
Nikmat yang kami rasakan hanyalah karena kami masih memiliki rasa yang juga dimiliki kalian.
Nafsu kami sama dengan kalian.
Birahi kami punya dan kami beradu kenikmatan dengan kalian.
Namun sekali lagi kami terkapar sendiri.
Setelah kalian habisi kami.

------------------------------------------------------------------

Kemarin, aku sempat membuatkan kopi untuk suamiku Bahula.
Bahula senang sekali, dan menikmati kopi buatanku sampai selesai.
Akupun senang dan bahagia.
Bukan karena kopinya habis tak besisa.
Raut muka Bahula saat menyeruput kopi itu lho…

---------------------------------------------------------------------

Matanya terpejam lembut.
Bibirnya betul-betul begumul dengan bibir cangkir kopi.
Serasa dia mencumbuku seperti malam-malam kala itu.
Oh, betapa bahagianya Bahula….

--------------------------------------------------------------------

Tapi seketika itu pula…
Dia memintaku untuk kembali lagi keatas ranjang.
Memintaku untuk melayaninya sekali lagi.
Lagi dan terus menerus.
Rupanya Bahula ketagihan dengan pelayanan yang kupersembahkan padanya.
Seutuhnya…

----------------------------------------------------------------------

Bila kukenang masa-masa itu.
Betapa bodohnya aku sebenarnya.
Keangkuhanku diatas ranjang
Menggeliat meregang dan menggelepar
Yang kadang Bahula tak mampu mengimbangi permainanku

-----------------------------------------------------------------------

Tetap saja aku seperti ini
Tetap saja aku pun merana tak berdaya
Hanya ditemani rumput ilalang di beranda belakang rumah
Pohon jeruk itu pun kini sudah jarang berbuah.
Aku ketinggalan kereta lagi

----------------------------------------------------------------

Ibuku sempat bercerita saat aku kanak-kanak.
Kekalahan dan kemenangan hanyalah pikiran kita

----------------------------------------------------------------

Cara mengalahkan kebodohan adalah dengan kepandaian
Kepandaian akan kalah oleh kecerdasan
Dan kecerdasan akan kalah dengan kelicikan
Selicik-liciknya manusia toh akan kalah juga dengan kenekatan
Pada akhirnya, kenekatan pun akan musnah dengan kegilaan.
Semuanya akan kembali pada kebodohan itu sendiri,

-------------------------------------------------------------------

Aku bingung kala itu
Maklum, aku belum terlalu kuat untuk memaknai ucapan-ucapan seberat itu.
Datang bulan saja belum.

-------------------------------------------------------------------

Tapi sekarang
Lihatlah Manggali yang sekarang…………..!
Sudah menjadi janda.
Bahula suamiku tersayang, kenapa kau pergi begitu cepat.
Kau mati justru karena membela guru dan rajamu.
Bukannya membela isterimu yang sungguh-sungguh menyayangimu.
Bahkan kau belum sempat memberikanku keturunan.
Kau memang setia pada gurumu.
Pada rajamu.
Kau memang pantas mendapat bintang kesetiaan sebagai pahlawan bangsa.
Tapi kau sangat tak pantas untuk kuanggap sebagai manusia.
Sebagai seorang manusia laki-laki seutuhnya.

-----------------------------------------------------------------------

Kaulah lambang kelicikan bagiku
Kaulah manusia paling pengecut yang pernah kulihat.
Yang tak mampu memilah dan memilih, antara kesetiaan dan kesejatian.
Kaum yang selalu memoles diri sebagai kaum terdepan.
Namun selalu menikung dari balik selangkangan perempuan.
Kaum yang selalu merasa risih untuk selalu berkuasa.
Padahal kau hanya memainkan peran pendukung.
Kaum yang sejatinya adalah pelacur.
Kaum yang sejatinya adalah bukan siapa-siapa.

----------------------------------------------------------------------------

Lucunya….

TERTAWA

Aku tetap janda Bahula
Anak dari janda Calon Arang……..!
Bangsat…!!!
Mampus…………….!!!

FADE OUT


SELESAI

Tidak ada komentar: