Senin, 14 September 2009

NDARI

”Ndari”
(di antara skripsi dan rabi)
Karya: Angga Rr
Adegan I (Lagu: pembukaan Ndari I)
1. Ibu : Ada apa to Pak… Tak lihatin dari tadi Bapak ngelamun terus… Mbok yo cerita pada saya, siapa tahu aku bisa membantu Bapak.
2. Bapak : Wealah… Aku itu kalau ngobrol sama kamu pasti tidak pernah gatuk.. Mesti nggak pernah menemukan solusisnya. Dladrah sampai ke mana-mana. Buntut dari pembicaraan ngajaknya rame.. Dikit-dikit ngambek, manja!
3. Ibu : Ya sudah kalau begitu… Ra caturan…mending ngladeni omongananya wong waras tapi agak gila daripada ngladeni omongannya wong edan tapi rodok waras.
4. Bapak : Lha lak tenan to.. Ngambek to… Mbok ya sudah jangan ngambek, kayak ABG…kalau gitu ya sorry Bu..a lap you lho Bu sama kamu…sudah tak usah ngambek….
5. Ibu : Lha Bapak yang mulai…bikin aku nggak mut ngobrol sama Bapak
6. Bapak : Sudah-sudah… Baiklah aku mau cerita, gini lho Bu… Kamu tahu sendiri to. Anak kita yang cantik semledut…anak kita yang bahendol rasa jengkol…anak kita yang imut kaya marmot. Anak kita itu… Yang paling ndablek sak dunia.
7. Ibu : Maksudmu si Ndari?
8. Bapak : Benar. Coba bayangkan to Bu. Sudah berapa tahun dia kuliah?
9. IBu : Ya baru 7 tahun…
10. Bapak : Walah baru 7 tahun kok baru… Itu namanya patak bangkrong alias patak warak atau bahasa intelektualnya dedengkot.
11. Ibu : Lah kok dedengkot.?
12. Bapak : Ya dedengkot. Coba bune bayangkan, mosok semester 14 kok ya belum lulus-lulus… Padahal teman-teman seangkatannya sudah lulus semua., bahkan banyak yang sudah berumah tangga.
13. Ibu : E..e…e… Masih ada yang belum lulus Pak.
14. Bapak : Siapa coba yang belum lulus?
15. Ibu : Itu lho Si Bebek.
16. Bapak : Anak kita kok disamakan dengan si Bebek. Si Bebek itu wajar kalau tidak lulus-lulus, sebab kalau di kampus dia suka mabuk-mabukan dan juga membolos.
17. Ibu : Bapak lah yang seharusnya mengerti anak kita itu kan jurusannya FKIP Seni Rupa…UNS…UNS lho Pak, tidak baen-baen.
18. Bapak : Lha terus hubungannya apa? Apa kalau seni rupa pelajarannya lebih sulit?
19. Ibu : ya, bukan begitu maksudku. Tapi…anak kita itu orang seni. Orang seni itu apa-apa pakai perasaan. Ya wajar kalaunkuliahnya itu lama. Sekarangkan wajar bila orang kuliah hanya sebentar saja 3 atau 4 tahun dah lulus. Lha anak kita kan seni jadi dia bikin sensasi dan berpegang teguh pada prinsip begini “kuliah sampai titik darah penghabisan. Alias kuliah sak modare…
20. Bapak : Maksudmu kuliah lama itu kamu anggap seni.
21. Ibu : Ya jelas, lha wong itu sensasi anak dan penuh karakteristik…
22. Bapak : Berarti Bapak baru nyadar, kalau ibu penuh penghayatan. Bisa dikatakan ibu termasuk ragam seni.
23. Ibu : Tepat. Saya itu memang penuh aura sensitif.
24. Bapak : Aura sensitif itu apa?
25. Ibu : Aura yang penuh gairah dan menarik itu lo Pak
26. Bapak : Itu namanya aura eksotis dan erotis
27. Ibu : Walah kok kayak tanah longsor
28. Bapak : Itu erosi.. Itu sama halnya Bapak ingin misui kamu
29. Ibu : Wo itu emosi. Sudah-sudah kembali pengamatan Bakak tentang saya. Sebentar(praktik) begini…apa minta yang begini..begini juga bisa aku begini…
30. Bapak : Ibu itu tergolong masuk dalam aliran seniwan. Senine kewan
31. Ibu : Ya..ya…ya…ya…ya… Mulai to kayak gitu.. Kok tidak boleh marah-marah… Sudah sebaiknya Bapak urusin saja dagangan kita di pasar Nusukan ini. Yang semakin hari semakin banyak saingan. Kalau ini dibiarkan berlarut-larut bisa bangkrut dan kukot kita
32. Bapak : Memang saya rasakan banyak perubahan, semenjak banyak pedagang baru yang ikut jualan di sini..
33. Ibu : Apa sebaiknya Bapak cari dukun saja biar laris atau ikut yang kayak di televisi yang KETIK REG spasi Mama Loreng atau ketik Joko Plontho itu lho Pak
34. Bapak : Astagfirullah.. Nyebut.. Nyebut Bu. Jangan sekali-kali percaya sama dukun. Itu namanya musyrik, aliran sesat . harom Bu…hukumnya harom
35. Ibu : Alah sok alim. Lha kemarin sore Bapak kok nyebar kembang dan nyebar garam di depan toko kita. Apa itu namanya tidak percaya dukun? Apa itu tidak musryik? Apa itu tidak harom?
36. Bapak : Aku itu paling alergi dengan yang namanya dukun. Kupingku sumpek, kepalaku semprepet bila dengar nama dukun. Masyaallah….
37. Ibu : Tapi kok di kamar kita ada kerisnya
38. Bapak : Wo itu lain. Itu yang ngasih Mbah Prawiro
39. Ibu : Lha lak KOBIS sama saja. Mbah Prawiro itu kan dukun. Sama saja Pak- Pak.
40. Bapak : Yo beda, Mbah Prawiro itu bukan dukun lha wong dia itu paranormal.
41. Ibu : Lha iyo itu namanya dukun
42. Bapak : Bukan namanya Mbah Prawiro. Dia itu paranormal
43. Ibu : Lha iyo, itu namanya dukun
44. Bapak: Bukan Bukan namanya Mbah Prawiro. Dia itu paranormal
45. Ibu : Lha iyo Pak-Pak paranormal itu sama dengan dukun
46. Bapak : Tapi kan dukun tidak sama dengan Mbah Prawiro. Kalau dukun itu senengnya semedi, kalau Mbah Prawiro senengnya nonton kethoprak. Kalau duku itu senengnya berpuasa, kalau Mbah Prawiro senengnya jajan. Kalau dukun seringnya semedi di gua, kalau Mbah Prawiro nongkrong di wedangan, nongkrang-nongkrong, udat-udut, klepas-klepus, setelah kenyang utang.
47. Ibu : As terserah Bapak. Sana keburu siang. Dah sana ambil cepat ambil setok yang ada di gudang. Jangan sampai kalah duluan sama Tikijan….Hati-hati ya Pak…
Ah punya suami seperti dia memang harus sabar. Tapi bagaimanapun aku tetap sayang , meskipun bau keringatnya apek dan ledis karena jarang mandi, tetap saja ngangeni. Pokoknya aku cinta sama dia. Tapi jangan-jangan aku didukunnkannya jadi terkintil-kintil sama suamiku. Jane yo elek tapi aku kok cinta, jane yo nganyelke, tapi aku kok ya suka…jane nggilani, tapi kok yo ngangeni. Mungkin ini yang dinamakan jodo..
48. Ndari : Ada apa to Bu. Kok pagi-pagi dah ndekmimil sendiri? Ibu habis cek-cok lagi ya saman bapak? Kayak anjing sama kucing saja.
49. Ibu : Itu lho tadi bapakmu ngomongin tentang kamu. Oh iya Nduk. Sebenarnya sudah saatnya kamu hidup berumah tangga. Seperti layaknya wannita lain yang ada dim pasar Nusukan ini. coba bayangkan gadis seusia 27 tahun belum juga punya pacar. Apa to Ri, yang kamu pikirkan, dan apa yang kamu takutkan. Coba kamu lihat kakakmu, Si Tanti, Mereka hidup bahagia. Apa kamu tidak ingin seperti mereka, hidup bahagia..
50. Ndari : Ya pengen Bu.. Tapi Ndari kan harus nyelesaiin kuliah dulu, ini kan tinggal skripsi dan ngurus perpanjangan kuliah
51. Ibu : Alah, kuliah dijadikan alasan. Kamu bila menikah kan bisa kelanjutin kuliah..opo yo masih kurang panjang to nduk..kuliah 7 tahun itu, mending kamu nikah nyambi kuliah
52. Ndari : Wa yo repot to Bu. Lha wong Ndari kuliah aja nggak kelar-kelar, apalagi nikah nyambi kuliah ya semakin bubrah. Berumah tangga itu tidak mudah harus kerja dulu.
53. Ibu : Lha terus. Apa kamu nanti setelah wisuda bisa langsung dapat kerja.. Paling-paling si Kentut..
54. Ndari : memangnya kenapa? Ada apa dengan Mas Kenthut..
55. Bapak : Dia itu kan dulu skripsi kayak kamu, minta tanda tangan sana sini ditolak dosen. Tapi apa, setelah lulus dia klontang-klantung. Tidak ada dosen yang mencarikan pekerjaan untuknya.
56. Ndari : tapi kan dia suadah enjadi guru, Bu…
57. Ibu : jadi guru itu kan baru saja,, itu pun karena dulu ikutkegiatan UKMM di kampus…apa itu namanya tetek…eh, teter..
58. Ndari : teterapa Bu?
59. Ibu : ituloh teter Perot
60. Ndari : wo alah teaterPeron maksud Ibu..
61. Ibu : lha benar
62. Ndari : kalau itu aku dulu jugaiku, tapi tidak aktif
63. Ibu : lha itu karenakamu tidak aktif, kammu tidak lulus-lulus.
64. Ndari : kok bisa?
65. Ibu : lha kamu tidak bisa acting melas. Andaikata kamu aktif, pasti kamu sudah jago acting dan dosenmu bisa kena pengaruh ektingmu,, lalu kasian padamu, terus diluluskan.
66. Ndari : Ah, dosa itu Bu, nipu dosennya…
67. Ibu : alah dosenmu ya nipu kamu. Apa kamutahu apakah dosenmu benar-benar neliti kesalahanmu? Paling-paling dia revisinya cumaorak-oreksana sini..lak yo gitu to..
68. Ndari : ya tidak tahu, Bu.
69. Ibu : nda gara-gara teater itu Si Kenthut punya pengalaman pentas di mana-mana, terus kepala sekolah di sekolahan yang dimasuki Kenthut tertarik, maka Kentut disuruh jadi guru di sana. Tapi ya kasihan, sebab gajinyacuma250 ribu saja. La wong dia GTT. Buat apa uang segitu, buat beli rokok saja kurang. Kalau tidak Kentut, ya kayak Mas Wir
70. Ndari : Mas Wir siapa Bu?
71. Ibu : alah Mas Wir guru SMA 6, pelanggan ibu itu lho
72. Ndari : Oalah yang sering ke sini ngecer rokok itu to?
73. Ibu : benar, dia suka ngecer..dia kan sudah PNIS
74. Ndari : lho kok PNIS
75. Ibu : lha Pegawai Negeri Indonesia Sipil
76. Ndari : wo, itu PNS bukan PNIS. Ada apa dengan Mas Wir?
77. Ibu : tak hanya gajinya Cuma2,5juta, mosok kalah sama ibu yang Cuma bakul pasar. Aku itu tak perlu gelar Ndok, bahkan aku bisacari pegawai yang punya gelar S1 atau S2. Lha wing penghasilanku tak kurang dari 10juta per bulan. Apalagi kalau pas habis lebaran, wo banyak yang mantu, terus beli kebutuhannya di sini..
78. Ndari : sudah to Bu…jangan ngomongi orang, dosa Bu. Baiklah karena sudah hampir siang, Ndari berangkat ke kampus dulu ya. Mau cari Pak Parno biar di acc perpanjanganku. Assalamualaikum
79. Ibu : Waalaikumsalam. Ndari..Ndari..kuliah di FKIP UNS Seni Rupa, padahal anak itu nggambar saja tidak bisa lho. Apa Cuma buat patut-patut ya..

Adegan II (lagu skripsi)
80. Ndari : dari pagi sampai siang Pak Parno kok ya belum datang-datang. Apa dia lupa kalau sudah kencan mau ngerevisi skripsi saya…apa…ada bisnis lain ya..
81. Ndari : hei Nastiti…
82. Nastiti : hei Ndari..
83. Ndari : kamu tadi tahu tidak Pak Parno di pengajaran?
84. Nastiti : belum datang. Waduh bisa di DO aku nanti
85. Ndari : sama…tadi aku bel, katanya baru dalam perjalanan.
(Angga masuk)
86. Nastiti : perjalanan ke mana? Perjalanan kemari atau perjalann piknik?
87. Ndari : ya tidak tahu. Coba kamu tanya Mas-nya itu..
88. Nastiti : kamu saja Ri.
89. Ndari : Mas..mas..
90. Angga : Eh, kamu to dik?
91. Ndari : eh, Mase to..ngapain Mas ke kampus lagi..
92. Angga : ini lho aku mau ke sanggar teater Peron..
93. Ndari : untuk apa Mas?
94. Angga : begini aku kan mau buat film indi. Aku kan butuh pemeran ibu..
95. Ndari :Oh begitu…sekarangkerja di mana Mas?
96. Angga : ya di SMP 10, di SD Tripusakadan kerja di SMK 2
97. Ndari : Wa, banyak gajinya dong..
98. Angga : kok banyak gajinya..
99. Ndari : lha dobel-dobel kayak gitu..
100. Angga : lha kamu kerja di mana Dik?
101. Ndari : kerja…lha wong skripsi saja belum selesai..
102. Angga : masak. Kamukan sudah lama kuliah. Kalau ndak salah kamu sudah semester…
103. Ndari : semester15 perpanjangan..
104. Angga : wah, yo marem no..
105. Ndari : Mas..Mas…kamu tadi lihat Pak Parno tidak
106. Angga : Pak Parno…ndak itu, emang ada apa?
107. Ndari : ya minta tanda tangan.
108. Angga : kamu programnya apasih?
109. Nastiti : aku Seni Rupa
110. Angga : maaf, bukan kamu tapi dia
111. Ndari : aku jugaSeni Rupa
112. Angga : wah, kebetulan. Aku kan baru saja keluar dari SMK. Di sana kan aku ngajar Seni Budaya. Mau ndak kamu nggantiin aku ngajar di sana?
113. Nastiti : mau..mau..Mas
114. Angga : maaf, bukan kamu, tapi dia..
115. Ndari : waduh Mas, aku kan belum selesai kuliah..
116. Angga : tenang saja, nanti biar aku yang ngomong sama kepala sekolahnya.
117. Ndari : kalau begitu, saya minta nomer HP nya Mas…
118. Angga : okey 085740119940..nah sekarang nomor HPmu berapa?
119. Nastiti : 0857…
120. Angga : maaf bukan kamu, tapi dia
121. Ndari : 085647060547. Oh iya, maaf Mas siapa sih namamu Mas, aku dah lupa.
122. Angga : namaku Angga Rr…tapi, maaf juga siapasih namamu Dik?
123. Nastiti : Nastiti
124. Angga : maaf, bukan kamu tapi dia..
125. Ndari : Ndari.. Mas..
126. Angga : lha gini aja, dari pada aku repotcari pemain filmku, bagaimana kalau Dik Ndari jadi pemeran ibunya. Saya rasa pas dan cocok. Selain cantik, sopan, berwibawa dan bersahaja..
127. Ndari : tapi Mas, aku ndak bisa acting
128. Angga : alah mudah kok Dik, film itu, tekniknyacat tu cat..alias ptong-potong
129. Nastiti : kalau aku mau Mas. Kira-kira peran apa yang cocok buatku Mas?
130. Angga : kamu itu paling cocok buat peran setan.
131. Nastiti : ya ampun Mas Angga. Mosok aku disamain dengan setan.
132. Angga : la kamu maenclonong pembicaraan saja. Gimana Dik Ndari mau tidak?
133. Ndari : baiklah mas, biar aku pikir-pikir dulu ya..
134. Nastiti : Ri, lihat itu Pak Parno datang. Ayo keburu pergi
135. Ndari : ya udah Mas, maaf aku ke pangajaran dulu, assalamualaikum
136. Angga : waalaikumsalam. Ah, lumayan juga Si Ndari..

Adegan III (lagu Smsan (Ndari II)
Ndari (smsan)
137. Ibu : Gimana kuliahmu Ri? Apa sudah beres? Kemarin apa sudah ketemu dengan Pak parno dan bagaimana tanggapannya Pak Parno..Ri..Ri…RI…
138. Ndari : e..eg..iya bu, ada yang bisa saya bantu? Atau ada yang masih kurang?
139. Ibu : walah ditanya kok malah tidak memperhatikan, sedang apa to kamu Nduk sampai lupa diri
140. Ndari : ini lho Bu sedang mbalesi smsan
141. Ibu : ya sudah kalau sedang mbalesi smsan. Ibu sempet deg-degan, tak pikir kamu stress gara-gara mikir skripsi itu. Ibu sempat degdegan.
142. Ndari : memangnya ada pa to Bu?
143. Ibu : orang tua mana to Ri yang tidak ketar-ketir yang lihat anaknya meganging kalkulator sambil cengar-cengir, jebule itu HP to Nduk?
144. Ndari : Ah, ibu bisa saja. Ya sudah Bu, karena ini sudah jam Sembilan saya ke kampus takut Pak Parno pergi ngajar ke fakultas lain atau rapat atau…pkpknya dosen itu super sibuk. Baiklah Bu, saya berangkat dulu. Asssalamualaikum.
145. Ibu : waalaikumsalam. Ndari-ndari, aneh smsan kira-kira siapanya yang sms tadi, lakok sampai Ndari cengar-cengir, senyam-senyum jangan-jangan Ndari….Pak..Pak…cepat kemari Pak…cepat ke mari Pak…Cepat.. cepat to Pak, ke mari..
146. Bapak : ada apa to, ada apa to… bilang pada baapak biar semuanya pada beres. Jangan takut to Bu, meskipun dulu Bapak ikut karate Cuma sampai sabuk kuning lantaran belum iuran kumbakan
147. Ibu : lhoh…lho..lho.. bapak kok bawa ciduk segala, kok pakai sarung segala
148. Bapak : ada apa to Bu……bu orang baru beol kok diganggu. Marai ra penak tok.
149. Ibu : anu pak, ,,anakmu,,,ndari kelihatannya dia mulai smsan sama cowok Pak. Gawat, sungguh gawat. Ini harus dicegah dari pada keblabasan.
150. Bapak: Oh ya bagus berarti si Ndari masih punya rasa cinta sama sesama jenis
151. Ibu : lho kok sama sesama jenis.
152. Bapak : Ndari manusia jenisnya jadi harus dapat jenis manusia. Mosok dapat jenis hewan. Kayak aku saja dapat lawan jenis.
153. Ibu : maksudmu?
154. Bapak : jenisku kan manusia dapat jenis lelembut
155. Ibu : apa? Kamu bilang aku setan
156. Bapak : ya tidak dong Bu..
157. Ibu : lho tadi bilang kalau aku jenis lelembut.
158. Bapak: lelembut itu sesuatu yang halus, missal tutur kata, tutur perbuatan, halus
159. Ibu : wo tak pikir setan
160. Bapak: nggak usah dipikir, emang setan
161. Ibu : alah Bapak ini lho bercanda terus..gimana Pak dengan Si Ndari?
162. Bapak : Ya bagus to Bune kalau Ndari itu punya pacar, kan dia itu terbukti normal
163. Ibu : normal-normal yang tidak normal itu kamu. Bukankah Bapak telah mencarikan jodoh untuk Ndari yang katanya anaknya teman Bapak sendiri….sama Si Riskan..eh kliru SI Ris…Ris…Ris… e…e….e…
164. Bapak : Si Risnan maksudmu?
165. Ibu : betul Si Risnan…gimana coba kalau gagal
166. Bapak : Masyaallah hampir lupa..wah untung-untung ibu mengingatkan, bila tidak mau kutaruh di mana mukaku ini andaikan pertunangan ini sampai gagal. Mas Prayogo tentu marah pada kita dan pasti dia tidak mau nyetori beras dan gandumnya pada kita.
167. Ibu : lalu kita harus bagaimana Pak? Apa yang kita perbuat…aduh aku takut lho Pak..takut..takut…takut. kalau tidak lagi disetori berasdan gandum. Bisa cotho no aku…
168. Bapak : aku akan bilang pada Ndari supaya dia bisa jaga diri agar dia tidak jatuh cinta. Karena aku takut pabilla salah pilih orang tuk jadi suaminya kelak. Aku tidak mau kalau dia jatuh cinta pada sembarang orang. Bune aku pamit, aku harus ke rumah Mbah prawiro.
169. Ibu : Benar Pak diputer giling saja atau dipelet biar tidak cinta pada orang lain.
170. Bapak : puter giling brutumu. Aku mau ambil rokokku yang ketinggalan di rumah mbah Prawiro. Lagi pula aku tidak percaya dukun.
171. Ibu : tapi paranormal. Ora kacek. Dah sana.. pokoknya jangan lupa ya Pak…Ndari harus bisa kita jodohkan…Ndari…Ndari…manungso kok bisanya cuma nyusahin orang tua…kurang apa to aku ini…sekolah tak ragati..makan dan minu tak sediani…lha ini dikawinkan saja kok susah…jane cua tinggal ngaplak-ngaplak karo njebabah…angele koyo opo to Ri…Ri… tobat aku jan..tobat…

Adegan IV (Lagu kangen rindu)
172. Angga : gimana sih ni..sudah dua jam tak tunggu kok belum juga datang. Padahal aku dari ja 10 nunggu di sini hingga Cuma ninggali tugas LKS pada urid-urisku kok ya belu datang padahal 1 ja lalu aku sudah pesan sama Mbak Sri kantin, supaya Ndari datang suruh ke sanggar Peron…selak kangen berat aku..Ndari..Ndari…ndang balio to Ri…Ri… lebih baik nyantai dulu… mungkin dia dala perjalanan kemari…memang cinta butuh pengorbanan oh Ndari aku rela nuggu kamu 1000 tahun lagi..wah elok kayak penyair cairil Guevara
173. Ndari :Mas Angga dah lama nunggu mas, maaf tadi aku baru masak dan bersih-bersih rumah, jadi Ndari minta maaf ya Mas….jangan marah..senyu dong…
174. Angga :tidak apa-apa tuk menunggu dirimu meskipun 1000 tahun ku tetap sabar menanti…bahkan 1000 abad akan ku tunggu khususu untuk dirimu Dik Ndari jarak dan waktu tak akan mampu menepis rasa setiaku tuk nunggu dirimu
175. Ndari : ah masa…oh iya mas, tadi tahu pak parno tidak?
176. Angga: Lho kok malah ngomomgin Pak Parno..hes sebel aku. Tapi tidak apa khusus buatmu. Tadi sih di pengajaran.
177. Ndari :o..begitu. baiklah mas, saya ke pengajaran dulu ya.
178. Angga: weit…malah au pergi…tunggu dulu Dik Ndari…sabar..sabar..sebentar dik..aku minta sedikit waktumu boleh kah? Sedikit saja Cuma sak crit..crit..icrit..icrit…icrit…pl sak cangkir
179. Ndari : oh boleh-boleh..ada apa mas? Apa ada masalah yang penting?
180. Angga : masalah ini penting sekali, lebih penting dari skripsi. Masalah hidup dan matiku. Bahkan urusan ini sangat mendesak. Kalau terlalu lama disimpan aku bisa jadi akik, alias jadi udun.
181. Ndari : weitetetetete masalah apa itu mas? Kok ganas sekali coba mas Angga ceritakan . mungki aku bisa bantu njenengan.
182. Angga: begini aku baru kali ini merasakan gejolak yang begitu hebat di dalam dada ini. setiap rasa menghinggap . hidungku jadi snetrap-sentrup serasa au nangis. Gini lho dik (praktik)
183. Ndari : wah gawat. Harus diperiksakan itu mas.. jangan-jangan rabies lho Mas
184. Angga : wah Dik Ndari ini lho mosok ganteng-ganteng kayak gini dipadakke kirek. Begini lho kata dokter aku harus beli obat yang anehnya yang jual cuma kamu. Dik bayangkan sak donyo dan akherat yang jual obatnya Cuma kau tok til…
185. Ndari : aneh…sayakan jualnya gandum, gula, beras dan sembako bukan obat-obatan Mas
186. Angga : Dik Ndari ini kok ngeyel..lha wong dokternya bilang begitu. Kalau ndak percaya coba Dik Ndari baca sendiri serep ini…kalau tidak percaya nih resepnya..dik Ndari baca sendiri saja…
187. Ndari :OBAT NEOKANGEN DAN OBAT PANARINDEKPLUS. ANEH. Emang mas Angga sakit apa..?
188. Angga:itu namanya Virus Influ CINTA. Koplikasi demam asmara, penyebabnya nyamuk malarindu atau ngetrennya nyamuk AIDES AI LOVE YOU
189. Ndari :hahaha…hahaha…bisa saja mas Angga ini, mentang-mentang punya kelompok humor. Emang apa yang menarik dari saya..?
190. Angga :sebenarnya kamu itu tidak cantik, tapi kok bisa membuat aku selalu kangen. Kalau ku perhatikan wajah kau sayup koyo pitik kaliren. Bila ku tatap tajam, aku jadi klepek-klepek. Bahkan bila mendengar namamu disebut seakan aliran darahku deras mengalir bahkan setiap kata yang ku dengar, pasti sebut-sebut namamnu. Begini ndarimana mas…o..ndari Jakarta dan dalam hitungan detik, seketika itu juga jantungku serasa terhenti degupnya… gini mak deg..beg..beg..beg..klepek..
191. Ndari :mengapa bisa begitu mas?
192. Angga :aku sendiri juga tak tau, bahkan kalau ditanya dan ditawari suruh merasakan seperti ini jelas aku tidak mau..siapa sih orangnya yang mau tersiksa seperti ini. makan tidak enak, tidur tidak nyenyak bahkan saat berak pun aku harus teriak panggil namamu…begini NDARI heg…eg..eg..mak ndlondeng..begitu!! dan juga setiap hari kayak orang bingung dan was-was bahkan terselip rasa takut yang amat sangat…apalagi smsan ku tidak segera kamu balesi..wah mending mati saja aku…Ri..Ri….
193. Ndari :aduh jangan mas..tapi maaf ya mas, aku tidak mau menyakiti dirimu dan tak tahu harus berbuat apa untuk semua inikarena hidupku ingin bebas seperti burung pipit yang berkicau di pagi hari…aku takut sakit hati mas. Sekali lagi maaf yam as..bila aku…
194. Angga : Ssstttt…sudahlah aku tahu aku tidak mau menyakiti burung pipit kesayanganku, biarlha ia terbang ke angkasa raya. Kamu tidak slah ri, tapi aku sadar bahwa aku tak layak untuk mendapatkanmu dengan segala kekurangan dan keterbatasanku.
195. Ndari :kenapa mas?
196. Angga:kamu terlalu cantik untuk ku kotori dengan rasa yang ku alami, aku tak ingin kamu terluka akibat kobaran api cintaku. Biarlah aku sendiri yang mengalami rasa itu biarkanlah rasa kerinduan slalu menghinggapiku…biarlah aku bercinta bersama angan semu.
197. Ndari :maaf mas, dari tadi mas yang mengungkapkan rasa sekarang biarlah aku yang menjawab tentang rasa yang abadi di dalam hati ini, dengan rasa hormat dengarlah, tapi sekali lagi maaf sebelumnya mas….aku…..
198. Angga : cukup jangan diteruskan, aku tak ingin membencimu hanya karna mendengar jawaban darimu…Okey….ya baiklah saya kira sudah cukup tentang semua ini dan terimakasih atas waktumu yang diberikan padaku.semoga cepat kelar skripsimu dan selamat tinggal
199. Ndari : mas….tunggu, dengar mas selama ini aku tak pernah pacaran jangankan bercinta, jatuh cinta pun aku tak pernah. Tapi aku juga merasakan rasa yang seperti mas rasakan. Mungkin inikah yang dinamakan cinta…. Memang aku jarang langsung membalas smsmu bukan karena aku tak suka, tapi sebaliknya..aku ingin sengar smsmu yang lainnya, yang intinya sanjungan kata-kata untukku
200. Angga : ndari, oh dik ndari…
201. Ndari : mas Angga…..
202. Angga: Lihatlah DIk pohon akasia itu.. ibaratkan itu adalah dirimu, meskipun sesek, slamet, Tono sering mengencinginya, tapi dia tetap kuat dan rindangnya bisa melindungi dari sengatan terik matahari,, meskipun baunya agak pesing.
203. Ndari: persis kata pepatah Mas…biarlah anjing menggonggong, Ndari tetap berlalu

Adegan V
204. Bapak : skripsi….ah…masak sampai jam 4 sore belum juga pulang….anak muda sekarang paling pintar cari alas an untuk pacaran…awas kalau sampai di rumah tak siding kamu
205. Ndari :ndari pulang pak.
206. Bapak :ndari….kamu dari mana? Anak perempuan pergi dari pagi sampai sore baru pulang. Kemana saja kamu..?
207. Ndari :skripsi pak.
208. Bapak :skripsi gombal, tadi saja wati datang ke mari, katanya kamu sudah pulang. Mau cari alas an apalagi kamu?
209. Ndari :tapi pak Parno saya tunggu tidak ada…
210. Bapak :jangan kau buat alasan nama dosenmu itu, untuk kamu jadikan alasan hubungan asmara kamu..
211. Ndari :tapi tadi saya benar-benar nunggu pak Parno.
212. Bapak :cukup, kamun ngaku saja kalau dirimu tadi pacaran. Iya to!!
213. Ndari :bapak, ndari kan sudah besar dan ndari baru kali ini mau dekat dengan laki-laki. Bapak tidak mengizinkannya….? Bapak tega. Bapak senang kalau Ndari tidakpunya jodoh. Bapak senangya bila Ndari dikatakan perawan tua. Ndari juga pengen berkeluarga, Pak.
214. Bapak :masalahnya bukan itu masalahnya kamu sudah bapak jodohkan dengan Risnan putranya pak Prayogo.
215. Ndari :tapi pak, ndari tidak cinta sama si Risnan. Jangankan ngobrol bertemu saja ndari belum pernah.
216. Bapak :cinta….cinta itu bisa dinegosiasi kalau kamu sering bertemu dia.
217. Ndari :tapi pak…
218. Bapak :cukup! Pokoknya kamu tak boleh pacaran dengan orang lain. Sudah tak perlu diperpanjang lebar. Bapak mau pergi ambil setoran beras.
219. Ndari :bapak….(nangis)
220. Ibu :susahlah ri…kamu tidak usah sedih, apalagi nangis. Di dunia ini tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Baiklah, karena sudah sore kamu mandi dulu sana. Dan yakinlah semua yang bapakmu lakukan hanya demi membahagiakanmu, tidak ada orang tua di dunia ini yang ingin melihat anaknya sengsara… lagi pula bahtera rumah tangga tak akan cukup bila mengandalkan cinta. Tapi materi dan ekonomilah yang menjadi penentu. Cobalah berfikir yang normal jangan asal cinta buta.. buta itu gelap, tidak tahu apa-apa. Biasanya Cuma nabrak bila nabrak kamu akan sakit camkanlah itu nduk….

Adegan VI
221. Ndari :sudah jam 3 sore mas Angga belum juga datang. Katanya mau nemenin nonton pameran seni rupa di TBS. apa dia lupa ya??ah gimana sih HP nya tidak di aktifkan. Huh… jangan terjadi apa-apa dengan mas Angga. aduh…. Kenapa ya…kenapa aku jadi khawatir seperti ini, apa aku benar-benar cinta sama mas Angga? Ya Allah lindungilah mas Angga..
222. Nastiti: loh ri ada apa? Kok kamu di sini sendiri mau ngapain? Kan para dosen juga sudah pulang.
223. Ndari : aku baru nunggu mas Angga untuk lihat pameran di TBS, tapi kok dia belum datang ya,,?? Aku takut terjadi apa-apa dengan dia.
224. Nastiti: mas Angga yang cerewet itu…? Tadi aku ketemu di terminal dia baru menjemput istrinya, kan istrinya kerja di dinas perhubungan….. itu loh…a….a….DLLAJ
225. Ndari : apa??kamu jangan mengada-ada loh, masak mas Angga menjemput istrinya, emang dia sudah punya istri?
226. Nastiti: kamu belum tahu ya? Anaknya ja sudah masuk SD.
227. Ndari : kok kamu bisa tahu semuanya?
228. Nastiti: we..e…e… dia kan tetangga saudaraku yang ada di Semanggi.
229. Ndari :AH DASAR LELAKI RACUN DUNIA..!!
230. Nastiti: loh kok marah? Jangan-jangan kamu kena jebakan asmaranya mas Angga ya?
231. Ndari :ah tidak.
232. Nastiti: tidak salah kan? Kamu itu harusnya nyadar dia kan sutradara jadi paling-paling kisahmu ini juga di buat scenario mending kamu tunggu saja tanggal mainnya pasti kisahmu ini besok jadi naskah yang menarik bahkan banyak gadis yang jadi korban pembuatan naskah.
233. Ndari :ya memang sudah jadi nasibku, jadi korban pembuatan naskah dan scenario. Dasar!!!
234. Nastiti: tapi aku yakin mas Angga juga punya maksud tersendiri dari semua ini dan saya juga yakin kalau kamu bisa mengambil hikmah dari kejadian ini, daripada susah mending lihat pameran sama aku saja.
235. Ndari : baiklah.
(Adegan: Angga membuat naskah dan Ndari sholat menangis)
Lagu sholatullah

Adegan VII
236. Ibu :pak…pak… mengapa kamu tega pada anak kita? Tuh kasian dia jadi sering nangis.
237. Bapak :lho bukannya yang suruh mencari jodoh itu kamu. Kok sekarang aku yang jadi kamu salahkan?
238. Ibu : As, mbuh, Pak. Aku jadi budreg, aku juga bingung sendiri.
239. Bapak : Ya, sudah. Jangan terlalu dipikirkan. Kita pasrah pada Tuhan yang Maha Esa. Saya yakin Ndari akan diberi jalan yang terbaik.
240. Ndari : Pak…Bu…(ngrangkul sujud) maafkan Ndari.
241. Ibu : Lho, Nduk ada apa? Ini kok tiba-tiba nangis?
242. Ndari : Mas Angga…aku ….aku…di…
243. Ibu : Apa Nduk, siapa Mas Angga itu? Dan kamu diapakan?
244. Ndari : Aku…aku….di….
245. Bapak : Kamu dihamili Angga? Jahanam! Cepat, katakan rumahnya jahanam itu. Biar kulumat, dasar keparat!!!
246. Ibu : Sabar, Pak…sabar…
247. Bapak : Sabar sabar! Bagaimana? Anak dihamili orang tuanya suruh sabar!!! Gimana to kamu, Bu!!! Andai kata diseluruh dunia apabila anaknya dihamili orang tuanya Cuma diam pasti dah kebak bayi di dunia ini, Bu…Bu…
248. Ndari : Jangan, Pak…jangan…
249. Bapak : Apa kamu bilang???? Lepas kataku!!biar kuhajar dia!!!karena sudah menghamili anakku.( lepas)
250. Ibu : Lho, pak…Pak aduh, gimana ini padahal bapakmu itu tidak bisa kungfu. He, Nduk ciloko. Tapi, biarlah dia kan seorang ayah, harus tanggung jawab.
251. Ndari : Tapi, saya tidak hamil, Bu…
252. Ibu : Heh?? tidak hamil?? Waduh…. Lalu apa, Nduk? Apa yang terjadi sesungguhnya?
253. Ndari : Aku diputus sama Mas Angga.
254. Ibu : Putus…Alhamdulillah…terima kasih, ya Allah…Kau telah jalan terang buat Ndari anakku. Tapi, ciloko. Ciloko bapakmu, Ri. Bapakmu salah njotosi orang yang baik seperti Mas Angga, ayo kita susul dia.
255. Ndari : Lho, itu dia dah pulang, Bu.
256. Ibu : Gimana, Pak?
257. Bapak : Gimana? Gimana ? gimana apanya? Aku yang dijotosi karaena aku salah orang.
258. Ibu : Lha, kamu tidak Tanya alamatnya, terus potonya, bila perlu KTPnya.
259. Bapak : Oya, mana, Nduk?
260. Ibu : Hus, cukup sudah…kita harusnya berterima kasih sama Mas Angga.
261. Bapak : Lho, gendheng, anak dihamili, kok malah terima kasih?
262. Ibu : Yang hamil itu siapa?
263. Bapak : Lha, itu Ndari nangis-nangis. Biasanya kalau di sinetron anaknya nangis itu bila perempuan pasti habis dihamili.
264. Ibu : Wo…bapak ini gimana? Orang yang hidup itu tidak kayak sinetron. Ndari itu nangis karena habis diputusin Mas Angga.
265. Bapak : Alhamdulillah…
266. Ndaru: Lho, bapak sama ibu ini gimana, to? Aku baru diputusin sama pacar, kok Alhamdulillah?
267. Bapak : Sebabnya, kamu jadi takjodohkan dengan Risnan. Lha, yo gitu, to Bu?
268. Ndari : As..tidak mau pokoknya! Aku tidak mau mikir itu. Aku mau mikir skripsi dulu titik.
269. Ibu dan bapak : Lho….Ri…Ri…Ri…
270. Bapak : Ini gara-gara dia keturunanmu, keras kepala.
271. Ibu : Kamu juga.
272. Bapak : Kamu.
273. Ibu : kamu.
274. Bapak : Kamu.
275. Ibu : kamu.
276. Bapak : Kamu.
277. Ibu : Kamu.
278. Bapak : Kamu.
279. Ibu : Kamu.
280. Bapak : Kamu.
281. Ibu : Kamu.
282. Bapak : Kamu.

Adegan VIII
Ndari (duduk di taman sambil melihat hasil skripsi)
283. Angga : Ri… ri…. Maaf kemarin aku nggak bisa nemenin kamu nonton pameran di TBS.. karena aku ada acara penting banget, juga mendesak dan mendadak.. jadi sorry ya… ri di ajak ngomong kok diam saja….. ri…..?? oiya ri kemarin aku juga lihat si Bebek ditangkap polisi loh kena mokmen lah salahnya sendiri dia tidak pakai helm seh… ri….??? Oiya ri, kemarin toh aku jajan di Galabo, yang ada di jalan Slamet Riyadi itu loh ri, mosok jualannya nasi tumpang, aku yo nggak mau no ya ri ya??kalau kamu mau ri??? Mosok mau?? Nasi tumpang loh ri tumpang`i batang tikus.. itu mash mending loh ri, kalau di daerah Jogja itu lebih nggilani lagi makanannya, bayangkan namanya saja sego gudik jogja. Opo ra nggilani?? La wong gudiknya adekku cuma sak ndulit laler`e sak tenggok,, apalagi gudik`e wong sak nyogjo jo di bayangke loh ri kamu nanti ndak mutah-mutah. Ri…?? Ri..?? Ri..?? kok kamu diam ja to ri…???kamu masih marah ya..?? oiya ri, kemarin aku ketemu pak Parno loh.. dia nyariin kamu loh, dah ketemu belum..?? loh kok masih diam… kemarin aku ketemu dengan…. Loh kok dari tadi aku ketemu terus to ri.. ri.. sudah dong senyum dong…
284. Nastiti: yo ri aku sudah selesai, kita pulang…
285. Ndari : yok.. di sini udaranya panas, aku pengen nyantai di rumah aja..
286. Angga : Loh..loh..loh.. kok pergi..?? ri tunggu aku ri, aku ingin bicara padamu..
287. Ndari : sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi mas…
288. Angga : tapi ri..tapi ri.. ni lebih penting loh ri..
289. Ndari : maaf mas, aku harus pulang..
290. Angga : lalu hubungan kita bagaimana???
291. Ndari : hubungan apa ya..??
292. Angga : alah…hubungan itu tuh..dari hati ke hati..my hot to you hot..you and me hot-hotan…
293. Ndari : sudah lupa tuh.. ayo Nastiti kita pulang.. Assalamu`alaikum..
294. Angga : Wa`alaikumsalam dik.. loh kok pergi.. ri..Ndari..ndari..ndari..ndari… as ra masalah.. mbok tinggal yo ra masalah.. mending nggarap pentas promosi di Teater Peron aja, sapa tahu dapat ilham buat bikin naskah lagi.. RI…NDARI…..BIARKAN ANJING MENGGONGGONG MAS ANGGA TETAP BERLALU… (nangis) Huaaaaa…huaaaaa…

TAMAT

Tidak ada komentar: