Minggu, 30 Maret 2008

KERANDA-KERANDA

KARYA:

DIDIEK TEHA

Pengantar:

Ini sebuah naskah kecil. Apabila dipentaskan maka peranan sutradara sangat dominan di sini. Dalam penyutradaraan naskah ini dituntut daya improvisasi untuk menjabarkanya sebuah pertunjukan. Tanpa itu mungkin naskah ini tak ada artinya di dalam mendukung tontonan yang tersaji.

................................................................................................................................................

SEBUAH KERANDA TERLETAK DI TENGAH RUANGAN. BEBERAPA ORANG TENGAH BERDZIKIR. TERDENGAR SUARA KENTONGAN SEBAGAI TANDA PEMBERANGKATAN JENAZAH. EMPAT ORANG AKAN MENGANGKATNYA. BAU ANYIR YANG MENYENGAT MENYEBABKAN MEREKA UNDUR BEBERAPA LANGKAH KE BELAKANG. KETIKA MEREKA MEMAKSAKAN DIRI MEREKA MALAH TERJENGKANG SEMAKIN JAUH. DZIKIRPUN SEMAKIN KERAS DAN CEPAT. IRAMAPUN SEMAKIN TAK TERKENDALI.

............................................................................................................................................................................

1. ORANG I : Berhenti!!! Apakah saudara-saudara tidak membaui bau anyir yang menyengat ini? (SUARA DZIKIR TERUS BERLANGSUNG)

2. ORANG II : ( MENDEKAT) Hee.... berhenti!!! ( KEPADA SESEORANG) Kau dengar tidak, perintah orang itu?!

............................................................................................................................................................................

SUARA DZIKIR BERBAUR DENGAN PERINTAH DARI KEEMPAT PENGUSUNG KERANDA. KEEMPATNYA HILANG KESABARAN. PARA PEDZIKIR DI DORONG-DORONG UNTUK MUDUR.BAHKAN DA YNAG DIPAKSA MENINGGALKAN TEMPATNYA DENGAN DISERET KE LUAR RUANGAN.AKHIRNYA SEMUA PEDZIKIR DAN PENGUSUNG KELUAR DARI RUANGAN. KEADAANPUN MENJADI SUNYI. YANG TERDENGAR SUARA RINTIHAN DARI DALAM KERANDA.

............................................................................................................................................................................

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA PUJI-PUJIAN DI TENGAH RINTIHAN. DENGAN IRINGAN BEBERAPA REBANA SUARA PUJIPUJIAN SEMAKIN JELAS. DAN MASUKLAH PARA PEDZIKIR BERSAMA PUJIPUJIAN DAN REBANANYA. SATY BAIT PUJI-PUJIAN ITU TERUS DIULANG-ULANG : ( Eling-eling para manungsa. Temenana anggonmu shalat ngaji. Mumpung durung katekanan Malikat Juru Pati).

............................................................................................................................................................................

3. REBANA I : Memang, hidup itu hanya menunggu mati!

4. REBANA II : Ya, begitulah!!

5. REBANA III : E,e,e............bukan! hidup bukan Cuma menunggu, mempersiapkan mati!!

6. REBANA IV : Benar saudara kita ini! Ingat ini : Beribadahlah seakan-akan engkau akan mati besok pagi. Bukankah itu berarti mempersiapkan?!

............................................................................................................................................................................

SUARA PUJI-PUJIAN SEMAKINMENINGGI. BAITPUN BERSAMBUNG : (Luwih lara lan luwih susah. Rasane wong aneng neraka. Klabang keres kalajengking. Klabang geni kala geni.) TIBA-TIBA DATANG SEORANG IBU MUDA, BERTANYA KEPADA PARA PENABUH REBANA.

............................................................................................................................................................................

7. IBU MUDA : Siapa yang meninggal di sini?

8. REBANA III :Tuan Duta Anggana, Nyonya.

9. IBU MUDA : Apa? Tuan Duta Anggana?! (SEPERTI ORANG BINGUNG) Tidak! Tidak mungkin!! Tadi pagi ketika berangkat ke kantor, dia masih mampir ke rumah saya! Oh, tidak mungkin!!

10. REBANA II : Mungkin saja Nyonya! Kematian adalah sebuah kemungkinan yang tidak hanya mungkin, tetapi pasti!

11. REBANA IV : Benar, Nyonya. Dia pasti datang!

12. IBU MUDA : Dia siapa?!

13. REBANA I : Ya, kematianitu. Nyonya!

14. IBU MUDA : Jadi, benar, ini Tuan Duta Anggana?? (PARA PENABUH REBANA MENGANGGUK PASTI)

15. IBU MUDA : Oh, kangmas Anggana. Kenapa scepat ini?! (TANGISPUN MULAI TERDENGAR) Janjimu tengtang rumah yang mungil dengan taman yang indah, belum kau penuhi, kangmas.(TANGISPUN MAKIN MENINGGI. IA MEMEGANGI PERUTNYA) Bagaimana pula dengan janin yang ada di perutku ini?! Oh, kangmas!!! (IBU MUDA ITUPUN MULAI HISTERIS)

............................................................................................................................................................................

MASUK EMPAT ORANG PENGUSUNG, BERSAMAAN DENGAN MUSIK REBANAYANG SEMAINMENINGGI SEIRING DENGAN JERITAN-JERITAN IBU MUDA. PUJI-PUJIAN BAIT II PUN MENYERTAINYA. MUSIKPUN BARU BERHENTI KETIKA SALAH SEORANG MULAI MENYAPA.

............................................................................................................................................................................

16. ORANG III : He !!! siapa membuat keributan di sini?!

17. ORANG IV : ( KEPADA PENABUH REBANA) Siapa dia? ( PENABUH REBANA MENNGGELENG LEMAH) Siapa dia?/! ( DIJAWAB DENGAN GELENGAN YANG SEMAKIN PASTI) Huuu, goblog!

18. ORANG I : Sydahlah! Untuk apa kita harus tahu, siapa dia! Tugas kita hanya mengusung keranda ini! Bukan yang lain.

19. ORANG II : Yak, benar! Ayo kita usung. Jangan pedulikan dia!

20. IBU MUDA : ( MARAH. MENDEKAT ORANG II) Apa katamu?! Ayo, ulangi! Ayooo !!! belum tahu siapa saya? Hee!!! (SENYUM SINIS) Aku ini isterinya, tahu?!!!

............................................................................................................................................................................

SEMUA TERBENGONG. SALING PANDANG. PARA PENGUSUNG BERSAMA-SAMA MENDEKAT PENABUH REBANA. SEAKAN BERTANYA. PENABUH REBANA MENGGELENG BERKALI-KALI.

............................................................................................................................................................................

21. IBU MUDA : Kenapa semua bengong. He!!! Sudah jelas, kan?! Aku ini isterinya!! Dengar?!! Is...te...ri...nya!

22. ORANG II : Tapi...tapi...(RAGU-RAGU)

23. IBU MUDA : Tidak ada tetapi! Semua sudah jelas! Saya punya hak untuk menangisi jenazah suamiku!!!

24. ORANG III : Tapi, Nyonya jangan membuat keributan di sini!

25. IBU MUDA : Lho, apa hak saudara melarang saya?!

26. ORANG III : Memang tak ada Nyonya. Ini hanya tenggang rasa.

27. IBU MUDA : Justru saudara-saudara yang tidak menenggang rasa saya. Yang paling kehilangan di sini kan aku?! (KEMBALI MERATAPI JENAZAH)

............................................................................................................................................................................

28. REBANA I : Seorang mati disiksa dalam kubur menurut apa yang dijeritkan dalam tangisan keluarganya.

29. REBANA II : Siapa yang ditangisi dengan suara dan rintihan, maka akan tersiksa sebagaimana rinyihan itu pada hari kiamat!

30. REBANA III : Bukan dari golonganku, orang-orang yang memukul-mukal pipi, merobek saku, dan menjerit dengan suara kaum jahiliyah.

31. REBANA IV : Dua macam dalam kelakuan manusia dapat menjerumuskan dalam kufur, yaitu : menghinakan nasab keturunan orang, dan menangisi jenazah sambil merintih.

............................................................................................................................................................................

32. ORANG I : ( MENDEKAT) Sudahlah, Nyonya. Dengarkan suara-suara mereka!

33. IBU MUDA : Aku tidak mendengar apa-apa, saudara. Hanya rintihan yang terdengar. Yah, yah.... hanya rintihan...... hanya rintihan..........

34. ORANG I : Mungkin, itu suara rintihan Nyonya sendiri.

35. IBU MUDA : Mungkin. Yah...... mungkin! ( KEMUDIAN BERTERIAK) Tidak! Bukan! Itu suara suamiku! Suamiku!! Janjimu belum kau tepati! Mana rumah itu? Mana taman yang kau janjikan? Mana, mana mana?! ( KEMUDIAN DIAM SEMUA CUMA TERBENGONG) Dan, ini! Ini anak kamu!! Hee, dengar tidak?! Ini hasil hubungan kita selama ini.( MERATAP) Duh, kangmas. Aku tahu. Aku memang Cuma isteri simpananmu. Tapi.......

36. ORANG-ORANG : Woooo....... hanya isteri simpanan, to! Makanya.........

37. IBU MUDA : Heee! Jaga mulut kalian!!!

38. REBANA IV : Tapi aku tak percaya, Tuan Angga punya simpanan.

39. REBANA I : Aku juga. Tuan Anggana orang yang shaleh. Taat beribadah. Mana mungkin? Nyonya jangan membuat fitnah di sini!

40. ORANG II : Hai, Bung! Kamu jangan terbius kulit luarnya! Kami lebih tahu!

41. OARNG-ORANG : Yah, kami lebih tahu!

42. IBU MUDA : Apa yang saudara-saudara ketahui, he! Justru orang-orang ini yang telah menyebar fitnah! Ayo pergi!!! Pergiiii.......

43. ORANG III : Lho, kami ini yang bertugas, Nyonya. Keranda ini harus segera diberangkatkan. Orang-orang di luar sudah menunggu sejak tadi.

44. ORANG I : Kami minta, Nyonya cepat keluar. Bergabyng dengan keluarga lain di luar.

45. IBU MUDA : Tidak! Aku tidak akan keluar, sebelum dia memenuhi janjinya. Rumah, taman, dan akan segera mengawini aku!

46. ORANG IV : Tapi dia sudah meninggal, Nyonya!

47. IBU MUDA : Persetan dengan kematian. Auo, penuhi janji itu!

............................................................................................................................................................................

IBU MUDA ITU KEMUDIAN DISERET KELUAR BERAMAI-RAMAI. PARA PENGUSUNGPUN MASUK KEMBALI. SEORANG DIANTARANYA MEMBAWA TALI. SEONGGOK TALI.

............................................................................................................................................................................

48. ORANG I : Bagaimana kalau keranda ini kita seret saja?

49. REBANA II : Hai, Bung! Itu tidak sopan namanya!

50. ORANG II : Jangan hiraukan dia. Auo! Aku setuju! Bagaimana saudara-saudara?

51. ORANG-ORANG : Setuju!!!

............................................................................................................................................................................

ORANG-ORANGPUN SEGERA BERUSAHA MEMASANG TAL UNTUK MENYERET KERANDA ITU. MUSIK REBANA PUN BERTALU DALAM IRAMA LAMBAT DAN LIRIH. MAKIN LAMA MAKIN CEPAT DAN KERAS SEIRING UPAYA ORANG-ORANG DALAM MENYERET KERANDA. NAMUN BAY ANYIR SEMAKIN MENYENGAT. DAN ITU MENGENDORKAN TENAGA ORANG-ORANG YANG INGIN MENYERETNYA.

............................................................................................................................................................................

52. REBANA-REBANA : Maha Suci Allah, yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujikamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.

............................................................................................................................................................................

53. REBANA I : Secerdik-cerdiknya manusia adalah yang terbanyak ingatnya kepada kematian, serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik, dan mereka pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat.

............................................................................................................................................................................

KETIKA ORANG-ORANG MASIH MENCOBA MENYERET KERANDA DENGAN SISA-SISA TENAGA YANG ADA MAKA KELOMPOK REBANA PYN KELUAR DARI RUANGAN.

............................................................................................................................................................................

54. ORANG III : Edan. Ini sungguh edan!

55. ORANG II : Akupun belum pernah mengalami seperti ini.

56. ORANG I : Tenaga kita terkuras oleh bau anyir ini!

57. ORANG IV : Sungguh sesuatu yang tak masuk akal!!!

............................................................................................................................................................................

ORANG-ORANG ITU AKHIRNYA KEHABISAN AKAL. DAN MEREKA PYN SEPAKAT UNTUK ISTIRAHAT. DUDUK BERHADAP-HADAPAN DI TEMPAT YANG SUDAH DITINGGALKAN KELOMPOK REBANA TADI.

............................................................................................................................................................................

58. ORANG I : Mestinya kalian ingat, apa yang pernah dilakukan olh Tuan besar kita ini semasa hidupnya. Yang sekiranya ada hubungan dengan perisriwa yang menimpa kita sekarang ini.

59. ORANG II : Yang jelas, tuan besar kita ini orang yang baik hati. Baru dua tahun kerja, aku sudah diberinya tempat yang basah.

60. ORANG III : Tentu saja. Karena kau orang yang suka mengambil hati. Dan......

61. ORANG IV : Pandai mencairkan rejeki.

62. ORANG II : Stop! Kalian pun harus ingat! Kalian bisa kerja, toh juga karena saya. Karena saya pandai mengambil hati bapak. Karena.....

63. ORANG IV : Ada uang semirnya.

64. ORANG I : E,e,e, bukan itu maksud saya.

65. ORANG II : Lalu... apa?

66. ORANG I : Eeeee... maksud saya, kesalahan prinsipiil di mata Tuhan.

67. ORANG III : Elho, kesalahan itu ya kesalahan. Kok pakai prisipiil prinsipiil segala. Kamu kira masalah penyalahgunaan wewenang itu Cuma kesa;ahan duniawi. Lalu bisa ditebus dengan ibadah?!

............................................................................................................................................................................

MEREKA TERTAWA BERSAMA-SAMA. TIBA-TIBA ADA SESEORANG MASUK.

............................................................................................................................................................................

68. SESEORANG : Hai! Apa-apaan ini. Di luar orang sudah menanti, kalian malah ketawa-ketawa di sini. Tahu situasi dong!!

69. ORANG-ORANG : Maaf, sulit Mak!

70. SESEORANG : Apanya yang sulit?

71. ORANG-ORANG : Ngangkatnya!

72. ORANG I : Kami sudah berusaha, tapi gagal.

73. ORANG II : Apa Emak tidak membaui bau anyir ini?

74. SESEORANG : Tidak!

75. ORANG-ORANG : ( SALING MEMANDANG ) Aneh?!

76. SESEORANG : Apanya yang aneh?

77. ORANG III : Tentang bau anyir ini, Mak.

78. ORANG IV : Bau anyir yang melumpuhkan tenaga kami.

79. SESEORANG : Aneh!

80. ORANG-ORANG : Memang aneh, Mak!!

............................................................................................................................................................................

SUARA REBANA MENGHILANG, YANG LAIN TINGGAL HANYA SYAIRNYA. DARI SEBELAH KANAN MUNCUL USUNGAN KERANDA OLEH PARA PENABUH REBANA.

............................................................................................................................................................................

81. SESEORANG : Innalillahi wa inna illaihi roji’un.

............................................................................................................................................................................

ORANG-ORANG MELONGOK KE LUAR.

............................................................................................................................................................................

82. ORANG I : Melihat kerandanya, betul, masih kanak-kanak.

83. ORANG II : Sayang, anak sekecil itu sudah meninggal.

84. SESEORANG : Berbahagialah dia.

85. ORANG III : Emak ini bagaimana sih. Harusnya kan kasihan, kok malah berbahagialah.

86. SESEORANG : Justru dia itu berbahagia. Karena belum banyak kesalahan yang dia perbuat dalam hidupnya.

87. ORANG-ORANG : Betul juga emak ini.

88. SESEORANG : Lain dengan dia.( MENUNJUK KERANDA YANG ADA DI RUANGAN)

89. ORANG IV : Yang lain apanya, Mak?

90. SESEORANG : Ya kesalahan-kesalahan itu. Dosa-dosa yang dibuatnya!

............................................................................................................................................................................

SESEORANG ITU KEMUDIA MENDEKATI KERANDA. DAN MENGUCAPKAN SESUATU. BAU ANYIRPU BERANGSUR-ANGSUR HILANG. ORANG-ORANG HERAN. MENDEKAT KEPADA SESEORANG ITU.

............................................................................................................................................................................

91. ORANG II : Siapa sih sebenarnya emak ini?

92. SESEORANG : Aku ibunya. Ibu dari tuan besar mu ini!

93. ORANG-ORANG : Ha! Ibunya!! Masa iya, emak ini ibunya?

94. SESEORANG : Apalagi kalian. Sedangkan dia saja sudah tidak mau mengakui saya ini ibunya.(PAUSE). Pada suatu hari saya datang ke kantornya. Agaknya dia malu mempunyai ibu seperti saya ini. Saya diusir, seperti mengusir anjing budhug yang akan mengais sisa-sisa makanan di dektnya.( PAUSE ). Tapi sekarang, dia sudah saya maafkan. Kesalahan itu telah saya maafkan.

............................................................................................................................................................................

TIBA-TIBA MASUK IBU MUDA. MEREKA SALING BERANGKULAN, IBU MUDA DAN SESEORANG ITU. DARI LUAR TERDENGAR SUARA KENTONGAN LAGI. ORANG-ORANG PUN MENGANGKAT KERANDA DIIRINGI SUARA DZIKIR DARI KELOMPOK REBANA. RUANGA KOSONG. DAN, SELESAILAH NASKAH KECIL INI.

............................................................................................................................................................................

DIKETIK ULANG OLEH

KELOMPOK PERON SURAKARTA.

2007

Tidak ada komentar: